Ditulis oleh: Miftah Roma Uli Tua Nasution (Peneliti BPNB Aceh)
![]() |
Sumber: http://doktercinta.info |
Markusip merupakan suatu tradisi yang
unik. Markusip hanya bisa dilakukan
pada malam hari hingga larut dengan diam-diam dan serahasia mungkin, tidak
dapat dilakukan pada siang hari. Tradisi ini kemungkinan hanya ditemukan pada etnik
Mandailing dan Angkola saja, karena dari sekian banyak etnik yang mendiami wilayah
Provinsi Sumatera Utara, tidak ditemukan tradisi yang serupa dengan tradisi markusip ini. Tentu sangat menarik untuk
membicarakan tradisi markusip ini
sebagai bagian dari keragaman khasanah kebudayaan etnik Nusantara.
Didalam
teknis pelaksanaannya, Markusip tidak
lepas dari aturan adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat Mandailing dan
Angkola. Tradisi markusip ini berlangsung
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar kebudayaan,
yang berlandaskan kepada konsep-konsep, nilai-nilai, aturan-aturan, maupun
norma-norma yang berlaku dan dianut oleh masyarakat Tapanuli Selatan.
Orang
Mandailing dan Angkola di masa lampau hidup dengan aturan adat yang ketat. Hampir
semua aspek kehidupan warganya diatur oleh nilai-nilai budaya atau
adat-istiadat, termasuk dalam urusan pergaulan antara muda-mudi. Adat-istiadat
mereka di masa lampau memantangkan pergaulan bebas antara muda-mudi, sehingga
proses penjalinan kasih atau percintaan antara seorang pemuda dengan seorang
gadis harus dilakukan degan berlandaskan nilai-nilai budaya. Dalam konteks
seprti itulah praktik markusip tumbuh
dan berkembang menjadi tradisi pergaulan muda-mudi di Tapanuli Selatan.
Tradisi
markusip telah hilang dari tengah-tengah
masyarakat Tapanuli Selatan masa kini. Tulisan ini diharapkan dapat memberi
pengayaan terhadap pengetahuan mengenai suatu tradisi masyarakat yang sudah
punah, dalam hal ini tradisi markusip
sebagai bagian dari tradisi pergaulan muda-mudi di kalangan masyarakat
Mandailing dan Angkola di Tapanuli Selatan.
Tulisan
ini juga diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran tentang sekuel kehidupan
masyarakat Tapanuli Selatan pada masa lalu, juga sebagai pengingat bagi
generasi muda saat ini bahwa ada, bahkan tidak sedikit dari tradisi-tradisi
luhur milik nenek moyang kita terdahulu yang telah hilang ditelan zaman.
(Diterbitkan oleh BPNB Banda Aceh dalam bentuk booklet tahun 2014)
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda terhadap tulisan ini dengan baik dan sopan. Saya berterima kasih atas semua kritik dan saran yang sifatnya membangun.