Ditulis oleh: Imam Juaini
Dôkarim
alias Teungku Abdoel Karim berasal dari kampung Keutapang Dua atau Lam Teungoh,
Wilayah VI Sagoe XXV Mukim Peukan Bada. Ia lahir sekitar 1844 atau sebelum
Perang Aceh melawan kolonial Belanda meletus pada 26 Maret 1873 dan meninggal
sekitar 1887 atau sebelum Sultan ‘Alaidin Muhammad Daudsyah ditawan Belanda
pada 1903. Ia seorang penyair, penari dan pewarta perang, Mengandalkan ingatan
yang brilian, ia selalu merekam dan menambah setiap bait-bait sajak sesuai
dengan berita baru dari medan laga yang disampaikan oleh saksi mata. Gubahan
sajaknya terus dimodifikasi sendiri dan dilantunkan dalam setiap pertunjukan
tari. Ia gemar menambah episode baru karena merasa belum selesai benar dalam
perkembangan situasi mutakhir sehingga akhirnya terkumpul dalam karya
monumentalnya; Hikayat Prang Gompeuni.
Di samping seorang syeikh Seudati, ia juga orator, dan ahli pantun (seumapa)
dalam setiap pesta perkawinan. Keindahan, juga pilihan diksi yang tepat
ditambah pengetahuan tentang pantun, hadih-maja
dan beragam prosa lama, menjadikannya pesohor yang diundang dalam setiap
kegiatan masyarakat.
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda terhadap tulisan ini dengan baik dan sopan. Saya berterima kasih atas semua kritik dan saran yang sifatnya membangun.