Oleh: Imam Juaini
![]() |
Foto: atjehcyber.net |
Sebab menari sudah merupakan
bagian hidup, ia selalu bergerak sepenuh kesadaran tanpa mengharap imbalan dari
orang lain. Meskipun terkadang orang tuanya kerap melarang dengan dalih belum
cukup umur, karena malam hari adalah waktu anak-anak mengaji. Namun
kekhawatiran orangtuanya bisa ia atasi dengan berlatih Seudati selepas
pengajian. Tempat latihan Seudati sering di tempat-tempat terbuka seperti
lapangan dan lorong pertokoan. Dan pada masa itu hampir semua kampung
mengadakan permainan Seudati meskipun terjadi pro-kontra tentang hukum
berkesenian Seudati di kalangan ulama atau Teungku Imuem.
Dengan kelincahan dalam
menguasai setiap gerak Seudati telah membawa Syeikh Lah melanglang untuk
memenuhi undangan pertunjukan. Kemudian beberapa kelompok Seudati mengajaknya
untuk bertanding dalam rangkaian Seudati Tunang. Dalam hal ini yang sering
menjadi lawan tanding Syeikh Lah pada masa itu adalah Syekh Man Kunyet, Syeikh
Ampon Ma’e, Syeikh Lah Bangguna dan Syeikh Bunget. Dan pada 1978 ia merebut
Juara III Seudati Tunang merebut bintang Meuh kali pertama di Bireuen dan kali
kedua pada 1979 di Langsa, Aceh Timur. Pada 1982, ia mulai melakukan pertunjukan
Seudati ke hampir seluruh Aceh seiring kampanye Pemilu bersama H. Dhimurtala.
Kemudian pada 1983, Syekh Lah Geunta sudah mulai menapak jauh ke luar Aceh
untuk pertunjukan perdana di Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Selain Seudati, ia juga mampu
menguasai beberapa bentuk kesenian lain seperti Ratoh, Rubbani dan Rapa’i
Grempheng. Dengan kebolehan dalam dunia tari tradisi Aceh, pada tahun 1980
yaitu: Syekh Lah Geunta bersama rombongan berangkat mengikuti Festival ASEAN
ke-5 di Hongkong. Kemudian pada 1989 ia mengikuti Dance Festival di Tokyo,
Jepang, disambung pada 1991 menuju Festival Kebudayaan Indonesia Amerika
Serikat (KIAS) di Amerika Serikat. Pada 1992, Syehk Lah bersama seniman Aceh
lain mengikuti Pameran Expo di Sevilla, Spanyol. Pada 2006, Syekh Lah melakukan
pertunjukan “Aceh Damai” di pantai timur Aceh secara serempak dengan tim Rapai
Geleng Sanggar Seni Seulaweuet IAIN Arraniry dan penyanyi Rafly. Pada tahun
2010, ia membawa Seudati dalam Expo Internasional di Shanghai, Cina dan pada
tahun 2013 kami mengikuti Workshop Intrasia (Intraksi Seni Indonesia) di
Jakarta.
(Dikutip dari "Buku Saman di Aceh" terbitan BPNB Banda Aceh tahun 2014)
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda terhadap tulisan ini dengan baik dan sopan. Saya berterima kasih atas semua kritik dan saran yang sifatnya membangun.